Tetangga Masa Gitu — iv
POV : Iqi
“Itu loh Bu Yur... Mbak-mbak modis yang suka pakai rok mini!” ujar Bu Jah si penjahit kepada Bu Yur si tukang sayur keliling.
“Loh... loh... kemarin saya lihat perempuan itu duduk di depan pos ronda! Dandanannya itu loh Bu Jah maaf kata seperti wanita malam ckckck rambutnya juga gonta-ganti warna. Duh, anak zaman sekarang,”
“Bukannya mau ngomongin orang sembarangan ya Iqi... kemarin saya lihat wanita malam itu turun dari mobil mewah sambil cipika-cipiki sama lelaki yang ada di dalam mobil! Tiga lelaki sekaligus!” sahut Uda pemilik warung nasi padang.
“Bu Jah, Bu Yur, Uda... cewek modis, cantik dan demen cipika-cipiki yang sering nangkring di depan pos ronda itu tunangan saya hehehe doi emang sering nungguin saya pulang kerja hehehe”
Yap, dialog barusan adalah obrolan pagi beberapa hari lalu di depan gerobak sayur dagangan Bu Yur. Seperti obrolan para tetangga pada umumnya yang biasa diisi gosip riang gembira dan celotehan para ibu-bapak komplek.
Gue masih dengan sarung dan peci bahkan dalam keadaan setengah sadar hampir nyemburin jamu kuat yang gue minum pagi itu. Soalnya, yang menjadi topik seminar gosip gerobak sayur kali ini ialah istri- maaf maksud gue calon istri gue.
Nama gue Rizqi Mulyono.
Biasa di pangil Iqi.
Gue adalah seorang satpam di perumahan pondok permai.
Gimana?
Paham kenapa gue berada di lingkar gosip ini?
Terkadang kalau lagi bosen meski gaada jadwal ngeronda pun gue tetap akan ikut nimbrung dalam keseharian warga penghuni perumahan pondok permai. Setiap hari gue samperin berbagai blok untuk gue ajak gosip bareng.
Terakhir kali gue menjadi biang gosip itu saat menyebar info soal tukang galon yang berhasil mengajak kawin lari anak caleg. Melihat wajah cengo ibu-ibu komplek karena mendengar gosip eksklusif menjadi kepuasan gue setiap harinya.
“Qi!!! Mati lampu, ya? Tolong senterin aku di WC ini lagi boker... sini buruan!!! Aku takut!!!”
“Iya, Cinta. Iqi ganteng meluncur!”
Barusan adalah panggilan kasih dari calon istri tercinta. Iya, yang di gosipin tetangga.
Kalian gak salah baca. Yuqi lagi boker.
Yuqi dengan penampilan nyentrik dan sifat uniknya memang kadang suka bikin ngelus dada. Gak salah sih warga pada heran tapi gak baik juga kali ngomongin cewek gue sembarangan!
Hari ini adalah hari gue pindahan ke rumah baru. Mengingat kami yang sebentar lagi akan resmi menjadi pasangan suami-istri membuat gue dan Yuqi memustuskan untuk segera hidup satu atap.
Hari ini juga gue mengadakan acara selamatan atas rumah baru sekaligus memperkenalkan sang calon istri kepada para tetangga merangkap sobat gue.
Tetangga Masa Gitu.
Begitu gue dan para penghuni komplek blok M menyebutnya. Gak usah di bahas kenapa dinamai begitu.
Terdiri dari Mimi seorang pengacara ternama yang kalau namanya disebut tiga kali di depan cermin maka dunia akan bergetar. Lalu suami Mimi si Hyunjae yah pedagang gincu pokoknya gitu dah males gue mendeskripsikan orang tolol.
Kemudian ada Hunan si teller bank yang hidupnya loyo karena sangat taat peraturan pemerintah tidak ada noda sedikitpun kekurangannya adalah dia wibu. Ya, kekurangan yang cukup berbahaya. Karena kalau ada wibu kita semua harus lari. Namun, ada Ayu istri si Hunan yang setia mencintai dengan dramatis. Ayu itu... pokoknya dia wikipedia berjalan. Profesinya adalah suster di sebuah RSJ. Suster ya bukan pasien.
Ya, empat manusia yang bisa dibilang mewarnai hari-hari gue.
Jadi warna abu-abu.
“Selamat ya, Ayu. Semoga anakmu tidak mirip kamu,”
“Mimi! Gak boleh gitu! Hehehe maaf ya. Maksudnya, semoga anak kalian mirip anime”
Itu Mimi-Jeje.
“Terimakasih. Ayu jangan pernah kamu menatap wajah Hyunjae lebih dari dua detik takut anak kita jadi mirip beruk”
“Mas kok Ayu jadi ngidam jeruk purut yah...”
Itu Hunan-Ayu.
Kalau diitung-itung aliansi ini terbentuk baru 3 bulan, tapi akrabnya kaya udah kenal bertahun-tahun. Eh tapi gue udah kenal salah satu pasangan pengacara-pedagang gincu sekitar hampir 10 tahun. Bila diingat lagi juga terbentuk organisasi ini tepat saat pasangan lainnya si teller bank-suster RSJ pindah kemari.
Pokoknya, blok M adalah tempat kejadian ricuh bersejarah terjadi.
Kadang gue hampir muak berada di sekitar tetangga abnormal ini.
“Maaf ya bapak ibu sekalian makan malam kita tunda dulu karena mati lampu jadi gak nyaman juga kan ya,”
Yuqi membuka suara menghampiri meja makan, ia menyalakan lilin tepat di tengah meja. Udah kelar boker.
Nih, supaya lebih jelas.
Posisi sekarang di meja makan bundar ini ada tiga pasangan. Tentu ada gue dan Yuqi dengan baju couple sablon bertulisan “I Love Indonesia” duduk manis dan sibuk mengibas lalar dari makanan. Hyunjae lagi bergelayutan di lengan istrinya terus langsung dihempas Bu Mimi begitu saja. Hunan sibuk mengarahkan senter ke perut Mbak Ayu sekaligus mengipasi leher beliau dengan hembusan napas. Dih, jorok.
“Iqi dan Mbak Yuqi. Gak nyangka gue malah jadi jodoh beneran. Kalau dipikir-pikir sebenarnya kalian bisa berbahagia itu semua karena gue,” bekantan liar ngomong begitu sambil garuk silit.
“Hahaha terserah lu dah,” balas gue ke Hyunjae singkat. Males gue ngomong sama orang susah.
Ya, gue bisa mengenal perempuan super model ini melalui Jeje sohib gue sejak masehi. Yuqi pelanggan dagangan gincunya si Jeje. Ya, kayak judul FTV ajalah “Cintaku Kepentok Super Sodel Pelanggan Gincu Sahabatku”
“Agak bosan kalau melihat wajah kamu setiap hari, Iqi”
Buset!
Gue sedikit bergetar mendengar celetukan Bu Mimi. Mana posisinya sambil melipat tangan di atas meja.
“Mampus lu, Qi” si Hyunjae biadab malah manas-manasin.
“Ya gimana dapet rejekinya di komplek ini, Bu. Kemarin di kasih diskon rumah murah juga karena saya udah lama kerja dimari. Sekalian nambah member Tetangga Masa Gitu ya ges yak,” gue menjawabnya sambil garuk kepala padahal kaga gatel.
“Kalau begini ceritanya hari-hari Ayu selama hamil muda akan semakin bermakna!!! Dipenuhi orang-orang baik dan menyenangkan!!!”
Ini lagi si pemain sinetron indosiar yang segalanya serba di dramatisir. Mbak Ayu ngomong begitu sambil senyam-senyum gak jelas.
Begitulah respon kedua ibu-ibu sosialita atas pindahan gue dan calon istri ke blok M ini.
Sebenarnya, gue ragu apakah kepindahan gue kemari adalah keputusan yang tepat?
Biar Om Dedy yang menjawab.
“Mau nanya, dong. Itu di leher Pak Jeje ada luka, saya denger dari Mbak Indosiar kalau Jeje sering dianiaya?” ucapan Yuqi memberi efek mules pada perut gue saat mendengarnya, di tambah wajah gue yang gue yakini mulai memucat dalam hitungan detik.
Pasalnya suasana sunyi ini akan segera berakhir dan dibuka dengan adegan baku hantam Mimi-Jeje.
“Ya, betul Mbak Yuqi. Saya sih menyesal ya kawin sama Mimi. Siapa sangka tiap hari saya kerjaannya di cambuk oleh wanita galak nan seksi ini,”
ANJIIINGGGGGG
Hyunjae tololnya mendarah daging.
Wajib masuk rekor MURI. Manusia tertolol abad ini.
“Ck, di cupang doang. Bukannya kamu keenakan semalem?”
BUJUUUGGGG
“HAHHAHAHAH ALIG ALIG ALIG”
Gue keselek air putih sementara Yuqi ngakak setengah mati sambil memukul-mukul lengan gue.
Gue dikelilingi pasiennya Ayu kah ini?
Sebentar,
kaya ada yang kurang.
Ternyata, pasutri loyo mirip terong goreng sedang musuhan. Posisinya tepat di sebelah kiri gue.
Ini pasangan kaya orang mabok, dah.
“Kamu seperti meneteskan jeruk nipis di atas luka, Ayu”
“Ayu gak bermaksud menyakiti kamu, Mas. Tapi memang rasa ini sudah tak bisa Ayu tahan lagi,”
Bisa-bisanya di satu tempat yang sama, ada beragam topik dan adegan alay disini.
“Hunan, lu nangis bro?”
Maaf penongton. Cuma itu reaksi yang bisa gue berikan. Soalnya udah kagak sanggup dengan adegan tragis ini.
“Mimi sayangku huhuhuhu wanita paling cantik sejagad raya huhuhu aku ingin menyembahmu cintaku cantikku wahai separuh napasku”
“Cium kaki aku kalau gitu,”
Maaf penongton. Gue najis mendeskripsikan adegan yang gue lihat saat ini.
“Mas Hunan minta maaf karena sudah menghamili kamu sayang, kamu mesti kesakitan setiap harinya”
“Gak perlu minta maaf, memang ini sudah seharusnya terjadi pada Ayu mas....”
“HAHAHHAHAH ALIG ALIG ALIG”
Bini gue kembali ngakak kenceng sambil nyalain rokok. Dikata lagi nonton srimulat kali yak.
“Yuqi! Tolong matikan rokok kamu. Kamu tidak lihat ada ibu hamil disini?”
Hunan menyisir rambutnya satu tangan dengan gerakan lambat.
DRAMA BANGET ANJING.
“Mas! Dedek bayinya nendang!!”
Lu kebayang gak si Ayu ngomong begitu sambil sok menutup mulutnya yang menganga.
“Mana sayangku???”
Dih, beneran didengerin perut si Ayu.
“Ayu, bukankah usia kehamilanmu baru beberapa minggu?”
“Mon maap nih, Mbak. Bayi lu aja belum punya kaki masih bentuk embrio mana bisa nendang! HAHAHAHHA ALIG ALIG ALIG”
Kenapa ketawa calon bini gue begitu....
“HAHAHHAHA LUPA NGECEK WIKIPEDIA YA ELU MBAK HAHAHA”
“Hush! Gak sopan! Kalian apa tidak bisa ikut pura-pura bahagia atau gimana gitu?”
Inikah yang akan gue lalui kedepannya...
Kehidupan yang rame, ricuh dan penuh tawuran ini...
Gue kaga bakal pensiun jadi satpam kalau begini.
“WOIII STOOOPPP ANJINGGGG!!! HARUSNYA MALAM INI GUEE PEMERAN UTAMANYAAA”
Seketika meja makan sepi, hembusan angin dari jendela mulai kencang.
Mimi dan Jeje bergandengan tangan.
Rokok Yuqi jatuh dari jepitan jari telunjuk dan jari tengah.
Hunan mengusap-usap perut Ayu.
HIDUP LAMPU
“Yuk, dimakan... dimakan... ini masakan saya dan Iqi... sini saya potongin tumpengnya HAHAHAHA ALIG ALIG ALIG NIH TUMPENG TINGGI AMAT”
“Enak banget?”
“Enak sekali”
“Goodbye kertas amplas!”
“Yuqi, sambel terasi buatanmu sungguh enak rasanya.”
“Asataga yaampun demi apapun ini ikan bakar terenak yang pernah Ayu makan! Mbak Yuqi besok-besok ajarin Ayu makan ya??”
“Pleaseeeeeee.....”
“Saya juga ingin belajar masak, boleh?”
“Kamu gak perlu memasak Mimi cintaku, biar aku aja”
Tiba-tiba jadi restoran prasmanan. Rame bener langsung pada fokus makan.
Mereka adalah orang-orang yang akan menemani hari gue bersama keluarga baru gue nanti.
Kedepannya bersama orang-orang inilah suatu saat mungkin gue akan meminta tolong untuk dibantu masang tabung gas yang karetnya longgar.
Kedepannya bersama orang-orang inilah suatu saat mungkin gue akan meminta tolong untuk dibantu mengabtar istri yang tiba-tiba lahiran dan bersama mengantar ke bidan.
Kedepannya bersama orang-orang inilah suatu saat mungkin gue akan meminta tolong untuk numpang berak kalau-kalau WC gue renovasi.
“Besok hari minggu! Pada mau berkebun tidak? Karena Ayu lagi ngidam jeruk purut ayo kita menanam jeruk purut!”
“Saya dan Hyunjae akan ikut”
“Mimi pengen ciumm huhuhuhu”
“Berkebun??? HAHHAHAHA ALIG ALIG ALIG”
“Alik itu apa? Bahasa jepang? Kamu juga suka anime kah Yuqi?”
Entah karena pencahayaan yang kini tiba-tiba jadi terang benderang dengan posisi kami di meja makan penuh hidangan masakan rumahan.
Entah karena gelak tawa memenuhi ruangan.
Entah karena celotehan gak jelas.
Entah karena kebersamaan.
Tetapi,
Semua terlihat...
Indah.
Bersama Tetangga Masa Gitu.