PROLOG: HATI SELUAS SAMUDERA

Sisihkan sedikit ruang maka kamu siap menjadi bagian hidup Gamaliel Pratama.
Ibarat samudera sebagai tolak ukur betapa luas hati seorang Gamaliel Pratama. Setiap kepingan dalam hatinya punya porsi hangat agar tiap-tiap manusia yang ia jumpai memperoleh hangat jua, masing-masing satu.
Hati seluas samudera, kepingan pertama ia sisihkan untuk keluarganya. Tempat ia lahir dan tumbuh belajar melangkah. Keluarga kecil terdiri dari Ayah yang kini sudah kembali ke kampung halaman dan memilih melanjutkan hidup dengan bertani disana, Ibu yang sampai sekarang entah dimana ia berada, dan Abang, Kelana Pratama, yang pergi ke ujung Indonesia demi menemukan damai sebab ada kanvas menanti untuk terus disiram corak imajinatif. Mereka pergi, tak apa, Gamaliel Pratama tidak kemana-mana.
Hati seluas samudera, kepingan kedua ia sisihkan untuk rumahnya. Bundo Kanduang, tempat berteduh dan berkumpul bersama manusia-manusia yang suka ia campuri urusannya. Ada 9 kepala termasuk dirinya. Dari rumah ini ia mulai punya kebiasaan untuk memastikan semua orang baik-baik saja. Mereka ramai riuh, tak apa, Gamaliel Pratama punya cukup kuasa untuk menyerap dan memantulkan hangat.
Hati seluas samudera, kepingan lainnnya ia titipkan ke penjuru tempat kemana ia melangkah. Lemari tempat masa kecilnya bersembunyi, kursi kayu warung soto kesukaannya, sudut kamar kosan saksi lolosnya ke PTN impian, hingga pendopo lama di belakang Fakultas Ekonomi dan Bisnis tempat ia bengong sambil merokok. Hangat itu Gamaliel Pratama tanggalkan dimana-mana.
Gamaliel Pratama yakin selama ia sisihkan ruang untuk menabur kehangatan maka bahagia akan tertuai. Setidaknya keyakinan itulah yang membuatnya hidup sampai sekarang.

naif

Hari ini kamu sudah pinjamkan sedikit ruang tersisih untuk menjadi bagian hidup Gamaliel Pratama. Yakini apa yang kamu percaya dan aku mohon, jangan pernah tinggalkan Gamaliel Pratama sendirian.
Hati seluas samudera, jangan biarkan Gamaliel Pratama tenggelam disana.
Wholeheartedly,